Friday, February 1, 2013

52 Batang Hidung, May, dan Sejuta Memorabilia

This is my second post! Di postku yang kedua ini aku janji mau kasih tau tentang puisi "May" :D dan "The Untold Memorabilia" yang lain hihi.

So, seperti yang aku bilang di post kemarin, puisi May ini ditulis oleh seorang guru bahasa indonesia. Beliau termasuk salah satu guru favoritku :"
May diambil dari nama angkatanku saat SMP dulu yaitu SOMAY. Memang terdengar aneh di telinga karena "somay" yang kita tau adalah nama makanan, tapi kalau kamu tau, SOMAY itu singkatan dari ;

SO = Sopan
M = Mandiri
A = Alim
Y= Yakin

I don't know exactly why we chose that kind of weird name that day, tapi keanehan tersebutlah yang menyatukan kita :') Nah, sebelum cerita tentang May lebih lanjut, aku mau cerita dulu tentang SOMAY sedikit nih :"

Kami (SOMAY) terdiri dari 52 orang. Pasti kalian kaget kan? Wah dikit banget?!? Memang, di SMP kami hanya terdapat 3 ruang kelas dan setiap kelas hanya berjumlah sekitar 17-20 orang. Jumlah yang sedikit ini malah membuat kami semakin erat, bak keluarga. Dalam sebuah keluarga yang baik, pastilah harus ada seorang kepala keluarga, ibarat dalam kapal haruslah ada nahkoda yang mengendalikan kapal tersebut. Keluarga kecil kami dipimpin oleh seorang kepala bernama Dwi Ega Wibowo. Dia orang yang senang sekali bercanda, tapi saat "mengendalikan kapal" keluarlah semua aura kepemimpinanya serta tanggung jawabnya.

Kami adalah batang hidung-batang hidung yang tidak mudah menyerah. Kami merangkai sejuta memorabilia bersama, mulai dari pembekalan, pengembaraan, pensi, prospex, hingga Ujian Nasional. Banyak pihak-pihak yang yah mengunderestimate apa yang akan kami lakukan, tapi dengan 52 nyawa yang kami miliki ini, kami berhasil menerbitkan senyum di wajah-wajah mereka, seperti yang terlukis dalam May.


May adalah lukisan perasaan seorang guru bahasa indonesia yang mendampingi angkatan kami selama 3 tahun. Yang mengerti baik dan buruknya kami, yang mengerti jutaan memorabili rangkaian kami. Beliau adalah orang tersabar yang pernah aku jumpai. Tak pernah sekalipun beliau menampakkan kemarahannya kepada kami ketika beliau merasa kecewa. Hanya air mata yang tampak di pelupuk matanya. Beliau adalah orang yang selalu mengobarkan api semangat kami, tak pernah sedikit pun beliau mencoba untuk memadamkannya ketika api itu telah membara. Beliau selalu yakin apapun yang kami lakukan adalah yang terbaik untuk masa depan kami :')


May, urat nadi cintaku ditiup seruling
mengalunkan nuranimu, sampai muara
pagi telah tersenyum,
pagi telah berdoa untukmu,
kuharap tak beranjak...



No comments:

Post a Comment