Jika kebanyakan khalayak kini lebih gemar menatap layar gawainya, entah mengapa tidak dengan aku. Mata ini lebih ingin memburu wajah-wajah yang berkonsentrasi dengan pikirannya sendiri-sendiri. Wajah-wajah yang mengerutkan dahi karena si kereta api tidak kunjung kemari. Wajah-wajah yang berpeluh karena mempercepat langkah kaki. Wajah-wajah yang berseri hendak berjumpa dengan orang yang disayangi. Pun juga ada wajah-wajah berurai air mata menangisi orang yang pergi. Sambil sesekali bergidik ngeri mendengar bunyi nyaring si kereta api.
Inilah sudut pandang diri yang terduduk sunyi menatap setiap wajah silih berganti. Mengamati ekspresi-ekspresi sembari menanti datangnya si kereta api.
22 Januari 2018
No comments:
Post a Comment