Saturday, February 2, 2013

Lembaran Memorabili yang Tercecer


Setelah sekian lama aku meninggalkan ruang hibernasiku ini -dengan posisi terduduk di atas kasur dan menghadap laptop- tiba-tiba aku teringat akan sebuah buku tulis bersampul motif hati berwarna merah muda. Lusuh memang, apalagi sekarang aku tak tahu dimana keberadaanya -baru saja mengobrak-abrik meja belajar (lebih tepatnya pajangan)- namun  buku itu menyimpan sejuta bahkan mungkin lebih memorabili tentang kita (re : aku dan sahabat-sahabatku).

####

Ketika itu aku sedang duduk di tengah pelajaran yang (sedikit) membosankan bersama sahabatku. Kami duduk berdua satu meja karena aku tidak betah duduk sendirian. Karena angin 'kebosanan' berhembus sangat kencang, akhirnya aku mengeluarkan sebuah buku yang masih kosong untuk kami jadikan objek penghilang kebosanan. Entah siapa yang memulai, dengan begitu saja kami bergantian menuliskan kata-kata berbumbu personifikasi indah dalam buku tersebut.

Merah terlalu merah
Menunjukan kebenaran
Tapi aku terlalu takut
Membuka mata
-Nda, 2009 

Layaknya kabut
Hanya datang lalu pergi
Tak menorehkan bekas
Untukku yang selalu menunggu
-Tha, 2009

Kemelut kusut..
Terjamur sudah lama
Suku-suku kecil masih mencari
Aku yang hilang bersamamu
-Ghf, 2009

Everytime i look into your eyes
Everytime i take your hand in mind
I know..
That all i need
Is only you

-Chi, 2009

Begitu saja. Mengalir. Hingga akhirnya setiap hari secara bergantian kami memenuhi buku tersebut dengan rangkaian kata indah. Namun sayang, sampai cerita ini ditulis aku belum berhasil menemukan keberadaan buku tersebut. Semoga esok saat yang mulia telah turun dari singgasananya untuk menaungi kita semua, mata ini berhasil menangkap penyebab rindu.



NB : Cerita ini ditulis ketika selir yang mulia mulai meninggi menampakkan dirinya. Pun karena tiba-tiba ada perasaan rindu yang teramat dalam kepada sahabat-sahabatku, juga kepada sejuta memorabili yang telah kami rangkai.   

No comments:

Post a Comment